Suprapto.id. Para ilmuwan terdahulu telah memiliki teori tentang alam
semesta. Konsepsi Newton tentang alam semesta yaitu terdiri dari ruang alam dan
materi yang mengisinya. Ruang tersebut ttidak berbatas serta tidak berhinga
besarnya. Albert Einsten memiliki konsep tersendiri. Berbeda dengan Newton,
Einsten mempunyai sebuah konsepsi yang didasarkan pada fisika relativistic yang
dikembangkan sejak tahun 1905. Kalau semula teori relativitas itu tercetus
karena keanehan pada perilaku cahaya yang ditafirkan secara klasik, yaitu bahwa
kecepatan cahaya dalam vakum besarnya konstan ©=300.000 km/sekon tak
bergantunng pada gerak beraturan di pengukur terhadap sumber cahaya. Apakah ia
mendekati atau menjauhinya dengan kecepatan (v)?
Telah dinyatakan bahwa bahwa siapapun mahluk dialam kita ini
yang memiliki masa diam, tak akan dapat bergerak dengan kecepatan yang
melampaui kecepatan cahaya. Didalam penyusunan konsepsinya ini sekali lagi
Einsten telah berpijak pada sifat cahaya. Einsten menyatakan bahwa suatu berkas
cahaya didalam vakum selalu melewati jalan yang lurus. alat ukur yang digunakan
tukang batu dalam membangun rumah atau dipergunakan pada teodolit tak dapat diikatakan lurus, karena ia didasarkan
pada permukaan air. Bandinkan dengan permukaan air disamudra, apakah ia dianggap
lurus apabila mengikuti permukaan lengkung bumi?
Dalam kegiatannya mengembangkan teori relativitas umum,
Einstein menemukan bahwa ruang alam yang berdimensi tiga plus ini mengalami
kelengkungan sebagai akibat dari adanya
gravitasi sebagai akibat dai masa materi yang berada didalamnya. Gejala ini
dalam tiga dimensi (jauh sebelum Einstein) telah dikaji oleh ahli matematika Gauss
yang ingin mengetahui apakah alam kita mengikuti geometri Euklidies atau justru
bersifat non-euuklidian. Ia mengukur sudut-sudut dalam pada sebuah segitiga
yang itik-titik sudutnya diidentifikasikan dengan tiga puncak tinnggi di pegunungan Alpen di Swiss. Gauss menemukan
bahwa jumlah sudut dalam adalah 180 derajat.
Yang menunjukkan bahwa dekat permukaan bumi kita masih berlaku geometri
euklides, hal ini disebabkan karena jarak puncak gunung tersebut kurang jauh,
maka gravitasi bumi juga berkurang.
Dalam penelitian yang lebih seksama dan melibatkan jarak
kosmologis yang cukup besar serta gaya gravitasi yang cukup uat seperti yang
ditimbulkan oleh matahari. Predisksi Einstein itu tampak dengan nyata. Kelengkungan
tersebut tampak pada jala sinar bintang
yang melewati dekat matahari pada saat terjadinya gerhana matahari total yang teramati
Siibral (Brasil), Amerika Latin, sebelum perang dunia dua . Tentu saja manusia
akan dapat melihat kelengkungan ruang
itu, karena ia sendiri mahluk yang berdimensi tiga juga. kalau ruang itu lengkung,
kemana arah kelengkungannya? Tentunyan kearah yang lain dari ketiga dimensi
yang kta cermati itu, namun kita tidak dapat melihatnya seperti juga seperti
seorang detektif dalam tayangan televise yang mengejar penjahat seolah-olah bandit
itu dapat keluar dari layar dan keluar dan duduk bersama dengan penonton dalam ruang yang berdimensi tiga. Detektif yang
tetap berada dilayar televise yang berdimensi dua itu tidak melihat adanya
dimensi yang ketiga, dan ia tidak tau dimana buronannya iu berada. Menurut Einstein
alam ini melengkung sedemikan rupa sehinggga ia menutup pada dirinya sendiri. Sudah
barang tentu pernytaan ini susah dipahami. Lebih mudah jika kita kembali kealam detektif yang engejar bandit diatas. Bagikita,
alamnya berdimensi dua kalau layar itu melengkung, kemudian membentuk bola,
maka alam itu menutup pada dirinya
sendiri . Jadi, alam semesta menuurut Einsten tidak berbatas namun besarnya
berhngga bergantung pada seberapa besar jari—jari, atau radiusnya, kecuali. menurut
konsep Einstein alam semesta bersifat statis sekalipun ada gerakan gerakan dan
perubahan perubahan didalamnya, secara keseluruhan alam semesta tidak penah berubah.
Menurut Einntein, alam semesta dilukiskan statis.
Konsepsi ini tidak sesuai denga apa yang kita temukan
didalam Al-Quran.
“Dan langit Kami
bangun dengan kekuatan, dan Kami-lah yang meluaskannya’’ (Al-Quran Surat Adz-Dzariat
(51) ayat 47)
Menurut Einntein, alam semesta dilukiskan statis. Berbeda dengan
kandunngan ayat tersebut yang dengan jelas bahwa menyatakan bahwa Allah Yang
Maha Perkasa meluaskan langit, yang berarti bahwa Sang Pencipta Alam
membesarkan ruang alam itu sehigga alam kita bukanlah alam yang statis.
Pada tahun 1929 terjadi peristiwa penting yang menjadi awal
pergeseran pandangan dilingkunngan para ahli tentang penciptaan alam, mengubah
secara radikal konsepsi para fisikawan
mengenai munculnya jagad raya. Sebab, dalam tahun itu , Hubble yang menggunakan
teropong binntang terbesar didunia, melihat galaksi-galaksi disekeliling kita yang menurut analisa pada spectrum
cahaya yang dipancarkan menjauhi kita dengan kecepatan yang sebanding dengan
jaraknya dari bumi; yang terjauh bergerak paling cepat menjauih meninnggalkan
kita. Kejadian ini merupakan uklan berat bagi Eintein, karena observasi Hubble
itu menunjukkan bahwa alam kita ini tidak statis, melainkan merupakan alam yang
dinamis seperti mdel dari Friedman.
Dengan persaaan kecewa, sang genius Eintein menerima
kekeliruannnya itu dan kembali kepada model yang terdahuu karena observasi
mendorong para ilmuwan bahwa alam yang kita huni mengembang; volume ruang jagad
raya bertambah besar setiap saat.
“Dan langit Kami
bangun dengan kekuatan, dan Kami-lah yang meluaskannya’’ (Al-Quran Surat Adz-Dzariat
(51) ayat 47)
Sumber Bacaan: Mukzizat Kebenaran Al-Quran dan Hadis jilid 8
dan 9 Kemukjizatan Penciptaan Bumi dan Alam Semesta , Sapta Sentosa 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setiap komentar hendaknya bernilai positif, memperhatikan etika dan tidak menyinggung SARA. Terimakasih.